Update with CSS activity.
- Station of the cross @ CSS = 7.30pm
- followed by session either by Brother Lamhot, Uncle Paul & Sister Lusiah & Sister Stella.
During this lent, let us reflect ourselves and try to control our heart to say no to Satan!
Apabila kita memilih Jalan Salib, kitapun harus menerima Cawan Sengsara itu. Maka marilah kita memeriksa apa yang dituntut oleh Jalan Salib itu.
JALAN SALIB ADALAH JALAN PENYANGKALAN DIRI
Bukan lagi apa yang kita kehendaki, melainkan apa yang Allah kehendaki. "Setelah itu berkatalah Yesus kepada murid-muridNya: Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius l6:24) Salib kita adalah salib-Nya.Yesus melakukan kehendak Bapa-Nya (Yohanes 4:34), demikian pula kita apabila kita milik-Nya. "Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan-Tuhan! Akan masuk kedalam Kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (Matius 7:21) "Sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudara laki-laki, dialah saudaraku perempuan, dialah ibuKu". (Matius 12:50) Para murid meninggalkan segala sesuatu dan semuanya, lalu mengikut Dia (Matius 19:27). Rasul Paulus menderita rugi ketika ia meninggalkan segala sesuatu. (Filipi 3:8) Pemuda kaya meninggalkan Yesus dengan selisih karena ia tidak bersedia melepaskan hartanya yang banyak. (Matius 19:22)
JALAN SALIB ADALAH JALAN ANIAYA
"Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya". (2 Timotius 3:12) Putra Allah yang tidak mengenal dosa harus menderita di dalam tangan orang-orang jahat. "Lalu mulailah beberapa orang meludahi Dia dan menutupi mukanya dan meninjuNya ... Para pengawalpun memukul Dia"... Mereka mengenakan jubah ungu kepadaNya, menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya diatas kepalaNya. Kemudian Yesus dibawa keluar untuk disalibkan (Markus 14:65; 15:17-20). Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan, dalam gua-gua dan celah-celah gunung. (Ibrani 11:38) Juga tentang perlakuan dan dan kematian yang diderita oleh para rasul, begitu pula berita disepanjang zaman ini tentang mereka yang telah menyerahkan hidupnya demi Injil. Saat ini diseluruh muka bumi banyak orang mengambil bagian dari cawan penderitaan, sebab mereka lebih suka memilih Jalan Salib daripada menyangkal Tuhannya. "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu." (Matius 5:11-12)
JALAN SALIB ADALAH JALAN KECELAAN
Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian ... (2 Korintus 2:15-16) Hai, kamu orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? (Yakobus 4:4) Kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah, kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai saat ini. (2 Korintus 4:13) Kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar. (1 Korintus 4:12) Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh Kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. (1 Petrus 4:14)
JALAN SALIB ADALAH JALAN PENDERITAAN TUBUH
Yesus, "... Sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya. (Ibrani 5:8) Betapa lebih lagi engkau dan saya Rasul Paulus memunyai duri yang menusuk di dalam tubuhnya, yaitu suatu pesuruh iblis yang menggocohnya, tetapi Tuhan berkata kepadanya: "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna". "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku", kata rasul Paulus, "supaya kuasa Kristus turun menaungi aku." (2 Korintus 12:7-9) Sebab itu apabila kita menjadi lemah di dalam diri kita, maka kita akan memperoleh kekuatan di dalam Dia. "Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar..." (Wahyu 3:19) Ajaran atau pukulan ini kadang-kadang berupa duri di dalam tubuh atau suatu penderitaan tubuh -- suatu yang mendorong kita untuk bertelut, serta menyebabkan kita percaya kepada-Nya dan kepada kuasa-Nya. Penderitaan tubuh ini seringkali datang dari pihak musuh, dan kita berdoa agar Allah memberi anugerah serta berkata dengan berani: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:6)
JALAN SALIB MERUPAKAN JALAN PENGHINAAN
Tepat sebelum Yesus menuju ke salib, berkatalah Ia kepada muridNya: "Malam ini kamu semua akan tergoncang imanmu oleh karena Aku..." (Matius 26:31) Banyak dari murid-murid-Nya tidak lagi berjalan bersama Dia setelah Ia berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu." (Yohanes 6:53, 66) Dunia bersedia menerima agama tanpa salib dan tanpa darah. Dan apabila saudara menerima Jalan Salib, bukan saja engkau melukai hati orang yang tersesat, tetapi juga menghina para guru besar agama Kristen yang lebih suka tinggal di dalam kesuaman dan kedagingan daripada sebagaimana Musa, rela menderita bersama-sama dengan umat Allah. (Ibrani 11:25)
JALAN SALIB BERARTI MENINGGALKAN SEGALA SESUATU
"Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu." (Lukas 14:33) Yaitu berarti meninggalkan dosa, (Amsal 28:13), meninggalkan si "aku", meninggalkan cara hidup yang lama, meninggalkan ambisi. Meninggalkan dunia dan apa yang ada di dalamnya ..." (1 Yohanes 2:15)
JALAN SALIB BERARTI DITINGGALKAN SEORANG DIRI
Ketika Yesus menyerahkan diri dan ditangkap, "Lalu semua murid itu meninggalkan Dia dan melarikan diri (Markus 14:50). Pada saat yang paling genting dalam hidupmu, engkau merasa ditinggalkan, dijauhkan dari segala pertolongan manusia! Para orang saleh yang sesungguhnya di dalam Tuhan sering menjumpai dirinya ditinggalkan oleh semua sahabat yang ada disekitarnya. Di atas Jalan salib hanya ada tempat bagi dua orang tetapi yang Satu itu yang berjalan bersama saudara, telah berjanji: "... Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau. (Ibrani 13:5)
Ya, JALAN SALIB merupakan JALAN PENYANGKALAN DIRI, ANIAYA, NODA, PENDERITAAN TUBUH, PENGHINAAN, MENINGGALKAN SEGALA SESUATU, dan masih banyak lagi. Demikianlah jalan yang ditempuh Yesus dan yang harus kita ikuti pula. Apapun yang kau temui dalam hidupmu, bersukacitalah bahwa engkau dianggap layak menanggung penderitaan bagi nama Tuhan (Kisah Para Rasul 5:41). Di tengah penderitaan ada sukacita, di sana ada damai, dan engkau akan memperoleh makanan yang tidak dikenal orang (Yohanes 4:32). Terimalah dan pikullah salibmu dengan bangga, tanpa rasa malu, "Karena itu baiklah juga mereka yang harus menderita karena kehendak Allah, menyerahkan jiwanya, dengan selalu berbuat baik, kepada Pencipta yang setia." (1 Petrus 4:19) "JIKA KITA BERTEKUN, KITAPUN AKAN MEMERINTAH DENGAN DIA." (2 Timotius 2:12)
Puasa dimulai hari Rabu Abu ini dengan penerimaan abu yang merupakan suatu tanda pertobatan yang bersifat komunal.
Di seluruh dunia setiap orang Katolik menerima abu di dahinya sebagai ungkapan kesediaan mereka untuk memulai saat pertobatan.
Abu yang telah kita terima di dahi itu tak dapat disembunyikan seperti halnya saat kita menerima suntikan, di mana setelah disuntik kita bisa menutupinya dengan menurun-kan kembali lengan baju. Abu diberikan di dahi dan karenanya semua orang bisa melihatnya dengan mudah.
Di hari Rabu Abu kita tidak datang menerima abu di tangan dan secara sembunyi-sembunyi kita kembali lalu mengoleskannya di dahi. Dahi yang bersih saat kita datang kini ditaburi abu untuk bisa dilihat secara jelas oleh semua orang tanpa mampu bersembunyi. Tentu ketika kita keluar dari pintu gereja setelah menerima abu di dahi, kita mungkin akan merasa malu bahwa justru bagian diri kita yang biasanya dengan mudah dilihat orang kini dikotori. Apa lagi kalau kita berada di lingkungan yang mayoritasnya tak beriman sama seperti kita, yang tak mengenal dan tak memahami apa makna di balik kotornya dahi tersebut.
Tapi justru inilah nilai rohani dari penerimaan abu, yakni bahwa kita secara terbuka dan dengan amat rendah hati berdiri di hadapan sesama dan berkata bahwa kita bukanlah manusia yang bersih. Kita adalah kaum pendosa. Kita butuh sesuatu yang melampaui kekuatan manusiawi kita, yakni kekuatan rahmat Allah untuk membebaskan kita dari keadaan kita saat ini, yakni membebaskan kita dari dosa-dosa kita.
Satu hal menarik saat kita menerima abu.
Karena abu diurapkan di dahi kita, maka amatlah mustahil bahwa kita bisa melihat secara langsung betapa kotornya dahi kita. Kita hanya bisa melihatnya lewat cermin setelah kita kembali ke rumah. Namun kita bisa dengan amat mudah melihat kotornya dahi orang lain. Di sini orang lain seakan berdiri di depan kita dan menjadi cermin tempat kita melihat diri kita masing-masing. Dalam hidup nyata, kita pun dapat dengan mudah melihat kekurangan, kelemahan serta keburukan orang lain.
Kita sulit melihat dengan jelas kelemahan diri sendiri.
Orang lain selalu salah sementara aku selalu berada di pihak yang benar.
Namun di hari Rabu Abu, sesamaku adalah gambaran diriku.
Sesamaku adalah cermin diriku.
Aku melihat diriku yang penuh kelemahan melalui orang lain yang kini berada di depanku.
Tak ada yang bisa kita katakan di saat itu kecuali bersama-sama berdiri di hadapan Tuhan dan mengakui bahwa kita adalah manusia lemah, manusia yang sering jatuh. Kita adalah manusia yang sama-sama membutuhkan rahmat istimewa dari Tuhan agar bisa bangun lagi dan menjadi layak lagi disebut anak-anak pilihan-Nya.
Selamat memasuki masa puasa dan lebih lagi mari kita mulai bertobat.
oleh: Romo Tarsis Sigho, SVD
PUASA adalah tindakan sukarela Tidak makan atau tidak minum Seluruhnya, yang berarti sama sekali tidak makan atau minum apapun Atau sebagian, yang berarti mengurangi makan atau minum..
Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.
Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.
Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:
"Melalui nabi Yesaya, Tuhan bersabda:
Berpuasa yang Kukehendaki ialah,
Supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman
Dan mematahkan setiap kuk
Supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya
Dan mematahkan setiap kuk,
Supaya engkau memecah-mecahkan rotimu bagi orang yang lapar
Dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tidak mempunyai rumah
Dan apabila kamu melihat orang telanjang
Supaya engkau memberi dia pakaian
Dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Pada waktu itulah
Engkau akan memanggil dan Tuhan akan menjawab
Engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku
Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu
Dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah
Apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri
Dan memuaskan hati orang tertindas
Maka terangmu akan terbit dalam gelap
Dan kegelapanmu akan seperti bintang rembang tengah hari"
“Apabila kamu berpuasa,
Janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Tetapi apabila engkau berpuasa,
minyakilah kepalamu
Dan cucilah mukamu
Supaya jangan dilihat orang bahwa engkau sedang berpuasa
Melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.”
Click here for the REGISTRATION FORM
Antara menu utama yang menjadi pilihan sewaktu “coffee morning” tersebut adalah nasi lemak, karipap, “sandwich”, nasi ayam, loklok, kordial oren, teh, dan juga kopi panas. “Coffee morning” ini juga mendapat sambutan daripada warga CDM sendiri dan hampir semua jualan pada masa itu habis dijual. Kami menyarankan 1000 orang yang menghadiri tiga misa waktu pagi datang membeli makanan dan minuman.
Para exco memulakan penyediaan makanan dan minuman ini seawal jam 9pm(Sabtu) dan berakhir pada jam 6.00am(Ahad). Kami juga mendapat pertolongan daripada ahli CSS sendiri. Walaupun berasa penat tetapi kepenatan kami itu dibalas dengan Berjaya menyediakan semua makanan pada masa yang ditetapkan.
Di kesempatan ini juga kami mengucapkan ribuan terima kasih dan memberikan penghargaan kepada penasihat CSS UiTM iaitu Ms. Monica Ch’ng, dan sesiapa sahaja yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung untuk sama-sama menjayakan aktiviti ini. Aktiviti ini juga serba sedikit menyumbangkan keserasian CSS UiTM dan CDM dalam merancang aktiviti untuk kebaikan komuniti dan gereja.
Sekian, terima kasih.
Disediakan oleh,
Decimus Balangkit
(Program Director of Coffee Morning 2010)